Senin, 28 April 2014

Mari Bersyukur


http://youtu.be/27qSU2HDZjE

Bersyukur dengan apa yang sudah kita miliki itu sangat penting. Kita harus bisa mengambil hikmah dari apa yang sudah kita alami. Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”  (QS. Al-Baqarah : 216) 

Sabtu, 26 April 2014

How one generation love, the next generation learns...




Video ini sangat menyentuh saya pribadi. Jujur air mata saya tak bisa tertahankan dengan rasa sesak didada ketika melihat adegan di video ini. Pertama sekali yang saya ingat setelah melihat video ini adalah orangtua saya terutama mama saya dan anak saya.
Betapa tidak, saya sekarang adalah seorang anak sekaligus seorang ibu. 

Benar apa yang disampaikan oleh video ini, bahwa "how one generation love, the next generation learns...". Ketika kita memperlakukan orangtua kita pastilah akan ditiru dengan anak kita kelak. Apa yang kita tanam itulah yang kita tuai kelak. Dan akan ada seperti siklus kehidupan, di mana saat ini kita menjadi anak, besok kita menjadi orangtua dan kelak akan menjadi orangtua yang seperti kekanak-kanakan. 

Social Cognitive Theory examines the processes involved as people learn from observing others and gradually acquire control over their own behaviour’
( Bandura 1986, 1997 )

Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial, salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi.
Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi  lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial jenis ini. Contohnya, pada video diatas bagaimana seorang anak dibesarkan oleh seorang ibu yang penyayang dan sabar, setelah besar anak tersebut pun menjadi orang yang penyayang dan sabar pula.
  
Teori Peniruan (Modeling)
Albert Bandura dan Richard Walters (1959, 1963)10, telah melakukan eksperimen lain yang juga berkenaan dengan peniruan. Hasil eksperimen mereka mendapati, peniruan terjadi hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model (orang yang ditiru). Proses belajar semacam ini disebut "observational learning" atau pembelajaran melalui pengamatan. Bandura, kemudian menyarankan agar teori pembelajaran sosial diperbaiki memandangkan teori pembelajaran sosial yang sebelumnya hanya mementingkan perilaku tanpa memberi pertimbangan terhadap proses mental seseorang.
Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri (kognitif) dan persekitaran. Menjelaskan pandangan ini, beliau telah mengemukakan teori pembelajaran peniruan, dalam teori ini beliau telah menjalankan kajian bersama Walter (1963) terhadap perlakuan kanak-kanak apabila mereka menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan tukul besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit dalam video. Setelah menonton video kanak-kanak ini diarah bermain di bilik permainan dan terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam video. Setelah kanak-kanak tersebut melihat patung tersebut, mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh orang yang mereka tonton dalam video.
 jenis-jenis peniruan (modelling) :
1.peniruan langsung
2. peniruan tidak langsung
3. peniruan gabungan
4. peniruan sesaat / seketika
5. peniruan berkelanjutan 

Maka hendaknya orang tua memberikan contoh yang baik kepada anak-anaknya baik dalam urusan dunia atau akhirat. Misal memberikan pendidikan agama sesuai tingkat pemahaman anak. Mengajarkan rukun Islam, rukun Iman, dll. Membiasakan anak-anak melakukan sesuatu hal yang baik walaupun itu hal-hal yang kecil, ajak mereka melakukan bersama-sama. Karena apapun yang kita perintahkan dan larang kepada orang lain, akan sia-sia dan percuma, jika kita sendiri tidak memberi contoh/keteladanan. Perintahkanlah dirimu dahulu, sebelum memerintahkan orang lain. Dan laranglah dirimu dahulu, sebelum melarang orang lain. Memberi nasehat itu baik, tapi lebih baik lagi jika kita juga memberi contoh. Karena musuh terberat, bukanlah orang lain, tapi diri kita sendiri.

Rabu, 23 April 2014

pikiran vs perasaan vs waktu

Pikiran vs perasaan
Manusia adalah makhluk yang sempurna di muka bumi ini. Salah satu alasannya adalah karna akal pikiran dan perasaan yang dimiliki oleh kita semua. Karunia ini telah diberikan Sang Pencipta untuk membantu kita dalam menjalankan hidup di dunia. Hanya saja kita sebagai manusia terkadang dan malah tidak bisa menggunakan akal pikiran dan perasaan yang telah dibekali secara maksimal.
Pikiran yang kita miliki bekerja secara objektif. Ada nilai-nilai di dalamnya. Benar atau salah. Baik atau buruk. Satu atau dua. Bulat atau petak. Dengan dibekali pikiran kita bisa melakukan hal-hal yang seharusnya benar dan meninggalkan segala yang tidak benar. Namun mengapa masih ada manusia yang bisa berbuat salah? Ada nya campur tangan perasaan di dalamnya.
perasaan lebih bersifat subjektif. Setiap manusia bisa memiliki berbagai macam perasaan terhadap suatu objek. Perasaan lebih bersifat mencari kesenangan. Mencari kebahagian. Tanpa peduli didalamnya salah atau tidak.
Pikiran dan perasaan bekerja sendiri-sendiri. Pikiran berorentasi kepada kebenaran dan sedangkan perasaan berorentasi kepada kebahagian. Ketika kita memutuskan sesuatu bisa jadi pikiran kità yang dominan,atau perasaan yang mendominan atau bahkan seimbang.
Beruntunglah kita sebagai manusia memiliki keduanya. Apalagi bila kita bisa menggunakan keduanya secara benar. Semua itu kita sendiri yang mengendalikannya. Apakah hanya mempertahankan kebenaran tanpa harus merasakan kebahagian. Atau merasakan kebahagian tanpa ada kebenaran?
kalau boleh saya memilih...saya akan memilih kebenaran yang membawa kebahagian :) 


waktu vs perasaan

Terkagum-kagum dengan Sang Maha Pencipta yang telah menciptakan waktu. Waktu tak akan ada bisa seorang pun yang menyentuhnya. Tak ada seorang pun yang bisa mengalahkannya. Waktu selalu bergerak apapun yang terjadi. Tak ada seorang pun yang bisa mengubahnya. Apa pun yang terjadi pada anda dia terus bergerak konstan. Percayalah tak ada seorang manusia pun yang bisa mengalahkan waktu.
bahkan terkadang kita membenci waktu. Menyalahkan waktu,kenapa terasa cepat atau kenapa terasa waktu berjalan lama. Padahal waktu selalu bergerak konstan,tidak berubah-ubah.
kita bisa belajar dari waktu. Waktu yang selalu bergerak kedepan,menuju masa depan,tanpa melihat apa pun yang terjadi di belakang.
terkadang kita suka melihat atau bahkan menyimpan lama rasa sedih kita dari masa lalu,hingga mempengaruhi kehidupan kita sekarang atau bahkan masa depan. Tidak salah memang. Kita semua memiliki rasa itu baik itu disadari atau pun tidak.bagi saya itu hal yang manusiawi. Apalagi dari kecil bahkan dari lahir kita selalu diajarkan untuk menghafal atau mengingat sesuatu. Tapi kita tidak pernah diajarkan untuk melupakan atau menghilangkan sesuatu. Jadi menurut saya wajar saja itu terjadi.Hanya saja kita harus bijaksana dalam mengatasinya.
kita tidak bisa terbelenggu oleh masa lalu yang pahit. Move on. Belajar dari waktu yang selalu bergerak kedepan tanpa harus menoleh kebelekang. Biarkan masa lalu itu menjadi pelajaran buat kita kedepan agar lebih dewasa dalam menyikapi suatu hal. Jangan biarkan perasaan masa lalu anda mengontrol diri anda. Tapi andalah yang mengontrol perasaan anda. Waktu memang tidak akan ada yang bisa mengalahkan. Tapi kita bisa berteman dengan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya agar bermanfaat bagi diri sendiri ataupun lingkungan sekitar.
Dan percayalah life is never flat,up and down. We must move on... :)

everybody lies


Bohong adalah sebuah fenomena hidup yang sering dan hampir tiap hari kita jumpai dalam kehidupan kita. Bohong adalah suatu perilaku yang dilakukan individu dengan berbicara yang tidak benar atau salah agar orang lain percaya akan dirinya, yang ada jadi tidak ada atau sebaliknya yang tidak ada jadi ada. Didalamnya terdapat unsur kesengajaan. Ingat...ada unsur kesengajaan. Namun bila tidak sengaja bisa dibilang itu adalah sebuah kesalahan bukan sebuah kebohongan.  

Hingga saat ini tidak ada yang tahu siapa yang pertama kali melakukan hal ini. Siapa sih yang tidak pernah berbohong di atas dunia ini. Saya rasa hampir semua orang pernah berbohong, hanya berbeda pada levelnya. Dan sebalikanya, siapa sih yang ngak pernah dibohongi. Mari kita bahas sesuai levelnya :

Pembohong level 1
Pembohong pada level ini melakukan kebohongan hanya sesekali saja, hanya untuk alasan tertentu saja mereka mau berbohong. Biasanya untuk mempertahankan diri atau orang disekitarnya agar tidak mendapatkan hukuman atau ancaman. Pada setiap kebohongan yang mereka lakukan biasanya mengandung ketakutan. Karena itu mereka biasanya membuat alasan berbohong dengan cara yang masuk akal sekali. Mereka akan memikirkannya alasan yang bisa diterima akal. Karena hanya sesekali, mereka biasanya belum bisa mengontrol bahasa tubuh mereka. Mudah sekali mengetahui bila mereka berbohong dari bahasa tubuhnya.

Pembohong level 2     
Pembohong pada level ini sering sekali berbohong disepanjang hidupnya. Bahkan secara alami dan profesional mereka melakukannya. Ada beberapa type pada level ini :  
• Pembohong normal yang sadar bahwa yang ia katakan bohong atau tidak benar. Mereka sering melebih-lebihkan cerita agar yang mendengar merasa terkesan.
• Pembohong patologis, mereka ini mengalami gangguan mental. Bahkan mereka sendiri percaya akan kebohongan mereka sendiri.

Kenapa orang berbohong? Terkadang orang terpaksa untuk berbohong. Pada dasarnya untuk mempertahankan dirinya atau tidak ingin menyakiti orang yang telah dibohonginya dan banyak alasan untuk kita berbohong. 
Maka berhati-hatilah kita bila sudah berbohong mendarah daging pada diri kita, bila tidak berbohong sehari saja seperti separuh jiwanya hilang. Wes…parah banget yah. Mudah-mudahan kita tidak seperti itu yah. Jadi bagi mereka yang sudah mendarah daging bohongnya, mereka sudah menemukan nikmatnya berbohong. Kalau mereka sudah berbohong, mereka merasa dapat dipercayai lagi dan merasa bisa menguasai situasi yang ada. Mereka merasa bisa mengontrol keadaan dengan baik. Itulah mengapa mereka merasa ketagihan untuk berbohong, berbohong dan terus berbohong.

Dalam sehari, rata-rata pria ternyata berbohong enam kali. Kebohongan ini tak hanya mereka sampaikan kepada pasangan, tetapi juga kepada atasan dan rekan kerja. Pria berbohong untuk meningkatkan penilaian dan ego mereka.Di lain pihak, wanita biasa berbohong sebanyak tiga kali sehari, demikian menurut survei yang digelar oleh 20th Century Fox dalam rangka peluncuran DVD film Lie to Me.

Belum diketahui apakah kebiasaan berbohong itu merupakan hasil dari gen, evolusi, atau cara kita dibesarkan. Sebuah studi yang dilangsungkan oleh London's Science dari sekitar 3.000 relawan diketahui, kita paling sering berbohong kepada ibu kita. Sebanyak 25 persen pria dan 20 persen wanita mengakui hal ini. Mengenai kebohongan itu juga, 82 persen wanita merasa termakan rasa bersalah akibat kebohongan yang mereka ucapkan. Sementara hanya 70 persen pria yang merasa bersalah dari kebohongan mereka.  

Richard Newman, seorang pakar body language mengungkapkan ada beberapa hal yang sering dikatakan pria untuk berbohong :
- lagi kena macet nih!
- harganya ngak semahal itu kok...
- saya lagi di jalan...
- sorry...ngak sempat angkat hp...
- kamu lebih cantik / lebih seksi / lebih pintar / lebih...
- enggak ada apa-apa kok... 


Sangat sulit memang untuk tidak berbohong. Apalagi bila kita dalam situasi yang mendesak untuk berbohong. Berbohong terjadi secepat kilat. Zeeepp….ups..nah terucaplah kata-kata yang bohong. Setelah itu ada yang menyesal dan ada yang tidak menyesal. Kembali kepada individu lagi. Ada yang memikirkanya lagi hingga membuat dia harus berkata jujur lagi, atau ada yang memikirkannya merasa tidak enak dan nyaman namun masih tetap mempertahankan kebohongannya. Dan ada yang lebih parahnya lagi sudah berbohong tidak merasa bersalah dan sama sekali tidak memikirkannya. Bohong itu erat hungungannya dengan hati. Mereka yang punya hati nurani yang tinggi akan merasa tidak nyaman bila sudah berbohong. Namun bagi mereka yang tidak punya hati nurani akan merasa puas karena sudah berbohong. 

Sedangkan banyak juga individu karena alasan hati juga individu melakukan kebohongan. Susah memang kalau sudah ngomong hati. Karena hati itu bukan suatu hal yang dapat dilihat dan dipegang. Hati itu soal perasaan yang hanya bisa dirasakan. Ibarat makan permen yang rasanya manis, kita bisa merasakan manisnya permen itu, namun kita tidak bisa melihat mana yang manis itu. Sering juga terjadi, apa yang diucapkan tidak sama dengan apa yang dirasakanya dihati. Sulit memang untuk merubah apa yang kita rasakan dihati dengan sebuah kalimat yang keluar dari mulut kita sendiri.       
Apapun alasan seseorang itu berbohong. Terkadang berdalih kalau berbohong demi suatu kebaikan, dengan suatu alasan yang baik. Atas nama apapun itu, bohong tetap saja bohong. Besar atau kecil, baik atau jahat, orang kaya atau miskin, pintar atau bodoh atau apalah…bohong ya bohong. Big or small, lies is lies.

Tips agar tidak berbohong :  
- jangan mudah berjanji.
- lebih baik diam.
- latih terus kejujuran.
- bicara apa adanya.
- jangan terbiasa asbun dan asbak (asal bunyi dan asal nyablak).

Terkadang seseorang harus merasa dibohongi dahulu baru ia sadar gimana kecewanya ketika dibohongi. Ya berusahalah untuk tidak membohongi orang lain, karena kepercayaan tidak bisa ditukar dengan apapun. Lagipula kualitas jiwa seseorang kan salah satunya bergantung dari ucapannya, kalau ucapannya ga bisa dipercaya, berarti kualitasnya juga dipertanyakan . 😊:)

Don't beLIEve the lies...